Thursday, June 17, 2010

Naruto vs Cerita Sekolah Minggu

Serial manga Naruto begitu populer di kalangan anak-anak dan remaja di Indonesia, bukan saja anak-anak dan remaja bahkan mahasiswa pun sangat tergila-gila pada serial ini. Kemunculan serial Naruto yang terbit seminggu sekali ini sangat ditunggu-tunggu di situs sharing serial manga.

Di Jepang, ada sebutan untuk penggila/maniak pada film animasi (manga atau anime), para penggila ini sering disebut Otaku. Meski pengertian Otaku sendiri bersifat umum (tergila-gila pada sesuatu/hobi), Otaku lebih sering dikaitkan dengan anime atau manga. Apabila serial terbaru Naruto terbit, maka para Otaku akan membicarakannya terus-menerus (in English I rather say "they talk about it like crazy").

Lingkungan anak-anak sekolah minggu dimana tempat saya melayani pun terkena demam Naruto. Seusai sekolah minggu, sambil jajan mereka bercerita mengenai episode terbaru Naruto and they talk it like crazy. Beberapa diantara mereka bahkan mengoleksi atribut Naruto seperti kartu, baju, miniatur tokoh dsb.

Lalu saya bandingkan dengan cerita Naruto dengan cerita sekolah minggu. Berikut percakapan yang biasa saya amati di kelas antara guru sekolah minggu (gsm) dan anak sekolah minggu (asm)

gsm : Siapa yang masih ingat cerita minggu lalu? (berharap ada yang ingat)
asm : hmmm... (diam seribu bahasa)
gsm : Masak, gak ingat ? Kalo bahan Alkitabnya, ada yang ingat, gak ?
asm : hmmm... (apalagi ayat Alkitabnya, cerita nya saja lupa)

Sangat berbeda ketika anak sekolah minggu berbicara tentang Naruto, mereka akan ingat bukan hanya episode lalu, namun mereka ingat hampir semua rangkaian cerita.

Jadi,
"mengapa anak sekolah minggu sangat sulit dalam mengingat cerita sekolah minggu dan sebaliknya mereka ingat betul akan cerita Naruto ?"
"Mengapa ada Naruto Otaku tapi tidak ada Sunday School Story Otaku?"
Kita akan ingat dan mengerti suatu cerita apabila kita tertarik dengan cerita tersebut (itulah mengapa acara gosip sangat populer) serta terlibat secara emosional. Lalu, apakah Naruto lebih menarik dan lebih memberikan dampak emosi bagi anak-anak ?

Pernahkah kita berfikir bahwa, cara bercerita sekolah minggu dari dulu sampai sekarang kurang lebih sama? Baca Firman Tuhan, cerita tokoh Alkitab serta penerapan adalah urutan yang selalu sama di cerita sekolah minggu?

Oleh karena itu, teknik saat bercerita itu penting. Saya menaruh kepedulian yang besar di sini. Saya sangat tertarik dengan teknik bercerita di sekolah minggu. Dan harapan saya adalah cerita sekolah minggu bisa menjadi Otaku bagi anak-anak sekolah minggu. Salah satu untuk mewujudkan harapan itu adalah melalui blog ini.

1 comment:

  1. Just found your article and as a Sunday School Teacher, I also felt that way (especially 'when-they-are-talking-about-it-like-crazy-part"). Keep on writing :)

    ReplyDelete