Sunday, October 3, 2010

Inspirasi vs Hukuman

Hufh... tidak terasa ternyata telah lebih dari 2 bulan saya tidak menulis blog. Ini terjadi karena saya terlalu sibuk dengan perkara kuliah (dan juga perkara-perkara lainnya :P). Akhir September lalu, saya kesampaian membeli buku Start With Why, buku yang juga berkaitan dengan posting saya sebelumnya yang berjudul Semua dimulai dari "Mengapa" ?

Ketika saya membaca buku tersebut, saya semakin terinspirasi. Saya terinspirasi bahwa pertanyaan "mengapa" sungguh sangat penting dalam kehidupan kita.

Salah satu contoh yang paling sering saya jumpai adalah percakapan antara orang tua dan anaknya :

Orang tua : Nak, kamu harus belajar.
Anak : Buat apa ?
Orang tua : ya supaya nilai kamu bagus.
Anak : Memang kalau nilai jelek kenapa?
Orang tua : Ya, kamu bisa ga naek kelas.
Anak : Kalau ga naek kelas kenapa ?
Orang tua : Nanti kamu dihukum. Nanti mama papa bisa malu dan kamu juga akan malu. bla bla bla

Jika percakapan seperti itu terjadi, sang anak bisa saja belajar, namun tanpa motivasi yang benar. Mendapat nilai bagus itu penting, tapi nilai hanyalah hasil / outcome. Yang lebih buruk lagi : sang anak akan belajar disertai dengan rasa takut.

Seandainya percakapannya diubah menjadi :

Orang tua : Nak, kamu harus belajar
Anak : Buat apa ?
Orang tua : Supaya kamu pintar dan nanti besar bisa jadi berkat untuk orang lain.
Anak : Misalnya ?
Orang tua : Kalau jadi arsitektur, kamu bisa bikin rumah sakit, rumah untuk orang-orang miskin dsb.

Percakapan di atas tentunya akan lebih menginspirasi si anak. Sama halnya dengan membujuk anak untuk pergi ke sekolah minggu, membujuk anak untuk melakukan pelayanan di gereja dsb.

Percayalah, hukuman itu perlu karena bisa mengajarkan anak disiplin. Namun, menginspirasi pun tak kalah penting. Kita ingin agar anak-anak kita belajar dengan motivasi yang benar, bukan karena motivasi "takut dihukum".

Saturday, July 17, 2010

Finding "The Best" in Every Children

Posting ini saya ambil dari notes Facebook yang pernah saya buat tahun lalu.

About 8 month a go, my lecturer who completed his Doctoral at New South Wales, Australia shared about "elementary school education system in Australia"

Banyak sekolah di Australia, dimana tenaga pengajarnya memberikan
"Award" pada setiap anak yang melakukan hal yang positif. Award itu berbentuk seritifikat yang ditandatangani oleh kepala sekolah. Award itu keluar setiap minggunya dan si anak akan dipanggil di suatu acara khusus di depan teman-temannya saat menerima Award tersebut.

Yang menarik, tujuan award itu adalah

"Menemukan sisi positif dari anak sekecil apapun".

Misalnya, anak yang menjawab pertanyaan guru saat jam pelajaran, datang ke sekolah tepat waktu dan tindakan terpuji lainnya.

Suatu hari anak laki-laki bermain bola di sekitar taman sekolah (sekolah ini dengan taman terbaik di New South Wales)... tanpa sengaja seorang anak menendang bola ke arah taman dan menyebabkan setangkai bunga patah. Si anak pun merasa bersalah dan berusaha menegakan bunga yang patah tersebut.

Hal yang menarik adalah, si anak itu mendapat
award, award itu bertuliskan

" Anak ini telah berbuat sesuatu yang baik, dia berusaha MENEGAKAN BUNGA YANG PATAH"

Padahal sekolah itu adalah sekolah dengan taman terbaik di seluruh negara bagian. Apa yang terjadi dengan sekolah di Indonesia jika ada seorang anak yang merusak taman sekolah ?

Semua peserta kuliah sangat kaget ketika itu, kami kaget karena

"Kami... siswa yang terbentuk pola pikirnya bahwa 'yang bersalah harus dihukum' "

"Kami adalah hasil dari sistem pendidikan buruk bertahun-tahun dimana kami selalu ditanamkan untuk DILARANG BERBUAT SESUATU yang salah"

Bukannya

"Kami mendapat penghargaan untuk berbuat sesuatu yang baik dan benar"

Sistem seperti ini berusaha untuk melihat sisi positf dari anak didik, SEKECIL apapun, bahkan saat anak berbuat salah, para pendidik di sana berusaha menemukan sisi positif dari anak itu sekecil apapun.

Satu kisah lagi adalah ketika seorang anak perempuan tidak membawa topi ke sekolah... topi di sana merupakan hal yang wajib karena sinar matahari sangat berbahaya bagi kulit (berkaitan dengan banyak kerusakan ozon di Ausie dibandingkan dengan Indonesia)

Saya ingat kalau hal itu terjadi di Indonesia... Si anak akan dihukum, entah hormat di tiang bendera, entah dilarang masuk kelas, dsb.

Kita sangat pintar dalam berpikir mengenai HUKUMAN...

Di sekolah itu sangat berbeda... si anak memang dilarang bermain di luar (karena sinar matahari yang terik). si anak lalu disuruh membantu di perpustakaan...

Si anak pun mendapat
Award, bertuliskan

"Anak ini telah melakukan tindakan terpuji, dengan MEMBANTU di perpustakaan"

See.... it's about
think different, berpikir secara berbeda...

Dengan demikian, si anak akan memperoleh "penghargaan terhadap dirinya sendiri", sangat baik untuk
self image (gambar diri).

Semoga tulisan ini dapat memberikan cara berpikir yang baru kepada para orang tua dan guru. Gambar diri anak terlalu sangat bagus untuk dirusak dengan pola hukuman yang sering kita kenal, karena gambar diri itu adalah gambar diri yang Tuhan berikan bagi si anak.

Show me your friend, and I'll show your future

"Show me your friend and I'll show your future", sebuah quote dari Sidney Mohede yang saya dengar pertama kali pada tahun 2005. Ketika itu, Sidney Mohede melayani di salah satu gereja di Bandung, dia memberikan kesaksian tentang kehidupnya sebelum mengenal Yesus.

Sebelum saya pergi ke Jepang, saya sempat membagikan kalimat ini di Persekutuan Remaja GKI Cimahi, mengingatkan kepada anak-anak remaja untuk "waspada" dengar siapa mereka berteman. Saya juga berkata bahwa, "melayani di Gereja memberikan lingkungan pergaulan yang baik yang dapat menguatkan kita".


Hari ini saya dengar kalimat itu lagi, "tunjukan teman terdekatmu, dan saya bisa perkirakan masa depan mu" ketika menyaksikan kesaksian Sidney ketika melayani di Amerika melalui YouTube.

Terkadang kita tidak sadar dengan siapa kita bergaul. Jika teman terdekat kita adalah para gamers, pemalas, pencuri, pemabuk dsb, cepat atau lambat, kita akan seperti mereka. That's the fact.

Kita bisa berteman dengan siapa saja, namun pilihlah teman dekat dengan bijaksana. Memang, Tuhan ingin kita menjadi Terang dan Garam di tengah pergaulan kita. But, kalau kita sendiri di tengah lingkungan yang merusak, sooner or later terang kita akan meredup dan garam kita akan menjadi hambar.

So, pilihlah teman dekat yang baik dan yang bisa saling membangun.

Monday, July 5, 2010

Contoh Slideshow Sekolah Minggu - SML '10

Saat saya menulis posting ini, di Natural Hills, Lembang sedang berlangsung Sekolah Minggu Liburan (SML) GKI Cimahi tahun 2010. Event rutin ini berlangsung selama 3 hari, 5-7 Juli 2010. Di event tersebut, saya membuat slideshow berupa video yang menjelaskan mengenai tata tertib selama SML berlangsung. Berikut video yang saya buat


Video ini menggunakan Microsoft PowerPoint untuk membuat slide dan CamStudio untuk merekam aktivitas desktop. Slide yang saya buat banyak mengikuti tips dari buku Presentation Zen (sayang sekali belum ada versi Bahasa Indonesia). Slide dengan pendekatan ini rasanya lebih baik jika dibandingkan dengan contoh slide di bawah ini


Contoh slide di atas adalah slide yang sering kita lihat (bahkan kita membuat slide seperti ini). Slide dengan bullet point , template dan tanpa gambar yang sebetulnya dapat memperjelas pesan. Anak-anak senang akan warna dan bentuk. Gambar dapat memperjelas pesan bahkan mampu mengundang emosi anak-anak. Memang memerlukan waktu yang lama untuk membuat slide seperti contoh video di atas, namun rasanya anak-anak akan lebih menyukainya dan pesan dapat tersampaikan dengan lebih baik.

Kunjungi akun saya di slideshare untuk melihat beberapa slide yang pernah saya buat untuk cerita sekolah minggu.

Wednesday, June 23, 2010

Bercerita di sekolah minggu dengan film animasi

Bercerita di sekolah minggu dengan menggunakan teknologi Multimedia membuat perbedaan bagi anak-anak. Anak sekolah minggu khususnya kelas besar (kelas 4 - kelas 7) mungkin beberapa kali mendengar cerita tentang Daud vs Goliath, Elia, Yunus di perut ikan dsb di kelas mereka sebelumnya. Namun, ketika mereka menyaksikan film animasi cerita Alkitab tersebut ada sesuatu yang berbeda, yakni mereka mampu membayangkan situasi ketika cerita itu terjadi.

Film animasi memiliki beberapa keistimewaan dalam hal ini, yakni indra yang digunakan oleh anak sekolah minggu saat menyaksikan film adalah indra penglihatan dan pendengaran. Hal ini memiliki kelebihan dibandingkan hanya dengan mendengar cerita guru sekolah minggu .

Berdasarkan pengalaman saya bercerita dengan film animasi, anak-anak sekolah minggu sangat antusias menyimak apalagi jika film animasi tersebut membuat mereka tertawa. Mereka pun cenderung lebih mengerti karena biasanya di sekolah minggu tempat saya mengajar (GKI Cimahi) setelah cerita selesai, mereka diwajibkan untuk meringkas isi cerita.

Berikut saya tampilkan beberapa film animasi cerita Alkitab yang pernah saya tampilkan di kelas sekolah minggu.

Nuh
Cerita Nuh diolok-olok orang-orang sejamannya saat membuat bahtera, air bah turun, terapung selama 40 hari 40 malam hingga Nuh dan seisi bahteranya selamat.


Daud vs Goliath
Cerita saat Daud mengalahkan Goliath.


Elia vs Nabi Baal
Certia saat Elia melawan Nabi Baal ketika bertaruh "Tuhan" mana yang bisa mendatangkan Api.


Tembok Yerikho
Cerita saat Bangsa Israel meruntuhkan tembok Yerikho dengan nyanyian dan berkeliling selama 7 hari.


Daniel di Gua Singa
Cerita saat Daniel dimasukan ke gua singa.


Yunus di perut ikan
Cerita ketika Yunus dipanggil Tuhan untuk menginjili kota Niniwe, namun Yunus malah pergi ke Tarsis, Yunus dibuang ke laut, dimakan ikan lalu dimuntahkan kembali.


Video-video di atas memang terlihat berlebihan, misalnya ukuran Goliath yang sangat besar hingga Daud hanya sebesar kaki Goliath, nabi-nabi Baal yang merengek seperti bayi dsb. Namun, animasi di atas berhasil (dalam kasus saya) menarik perhatian anak-anak, mereka juga dapat lebih mengerti mengenai situasi ketika cerita itu terjadi.

Memang fasilitas untuk menayangkan film animasi di kelas sekolah minggu relatif mahal, diperlukan LCD projector, screen serta audio. Namun, jika gereja mampu berinvestasi dalam fasilitas seperti itu, sekolah minggu menjadi lebih menarik dan diminati oleh anak-anak.

Sunday, June 20, 2010

Buletin Remaja Glossy - mengasah talenta jurnalistik dan desain -

Menulis suatu gagasan dan mendesain-nya menjadi sesuatu yang menarik untuk dibaca adalah suatu pendidikan yang tidak diajarkan di sekolah. Mungkin hanya ada beberapa sekolah yang memiliki fasilitas komputer yang mampu membuka kelas ekstrakulikuler jurnalistik dan desain. Pelayanan buletin remaja di gereja adalah salah satu cara untuk melatih kemampuan jurnalistik dan desain yang tidak diajarkan di sekolah tersebut.

Blog post kali ini saya akan bercerita tentang buletin remaja Glossy (Glowing and Shinning Spirit Youthfully), yang dibuat oleh Komisi Remaja GKI Cimahi. Glossy baru terbit empat kali, karena Glossy merupakan regenerasi dari Koreci, buletin remaja GKI Cimahi sebelumya. Glossy terbitan bulan Juni ini berjudul "Education : What a price to pay". Dari judulnya, sudah terlihat bahwa redaksi Glossy ingin menekankan pentingnya pendidikan bagi anak remaja.

Tim redaksi Glossy yang beranggotakan 9 (sembilan) remaja ini memiliki spesifikasi tugas masing-masing, seperti redaksi majalah pada umumnya yang terdiri dari koordinator (Fineke), editor (Erica), desain (Gilbert & Hizkia), ilustrator (Jessica) dan kontributor (Dea, Gaby, Dicky dan Stefanus). Tim redaksi Glossy bekerja sama untuk membuat Glossy menjadi buletin remaja yang memberikan informasi bagi kepentingan pertumbuhan iman para jemaat remaja di GKI Cimahi.

Yang ingin saya bagikan di sini adalah,
"ada banyak hal yang tidak diajarkan di sekolah, yang bisa diperoleh dari pelayanan di gereja"
Buletin remaja Glossy merupakan salah satu contoh dimana anak-anak remaja dapat mengembangkan talenta yang sudah Tuhan berikan di bidang jurnalistik dan desain. Selain itu, mereka juga dapat belajar untuk berdiskusi mengenai konten serta disiplin dalam bekerja demi mencapai deadline.

Sekolah itu penting demikian halnya dengan pelayanan di gereja. Mungkin banyak yang berpikir bahwa pelayanan jangan mengganggu sekolah. Namun bagi saya, pelayanan juga pendidikan yang dapat memberikan banyak hal pada para pelayannya. Semua adalah bagaimana cara kita mengatur waktu dan sumber daya untuk sekolah dan pelayanan.


Friday, June 18, 2010

Belajar dari remaja Afrika bernama William Kamkwamba

Apa yang kita lakukan di usia 14 tahun? Jawabannya bisa bermacam-macam seperti belajar di sekolah, bermain, jalan-jalan ke mall dsb. Namun, ada seorang remaja Afrika pada usianya yang ke-14 (pada tahun 2002) membuat kincir angin untuk pembangkit listrik dan irigasi. Namanya adalah William Kamkwamba, kisah nyata remaja asal Malawi ini membawanya berbicara di konfrensi TED, saksikan videonya di bawah ini


Di konfrensi ini, ia bercerita mengenai kisahnya yang inspiratif itu. Pada konfrensi tahun 2007 tersebut, ia masih dipandu oleh Chris Anderson, kurator TED. Baru pada tahun 2009, William berkesempatan untuk menceritakan kisahnya sendiri di konfrensi TED yang lain. Saksikan videonya di bawah ini


William putus sekolah ketika ia hendak masuk sekolah menengah pertama. Di Malawi, hanya sekolah dasar yang biaya pendidikannya gratis. Orang tua William tak punya cukup uang untuk menyekolahkannya. William sangat prihatin dengan keadaan negaranya, Malawi dilanda kelaparan dan kekeringan, hingga keluarga William hanya bisa makan 1 kali sehari, yakni berupa roti dari tepung maizena.


"This is the future that I could not accept" (ini masa depan yang tidak bisa saya terima), demikian ujarnya. William memiliki rencana membangun kincir angin untuk listrik dan irigasi. Lalu bagaimana caranya ia bisa membangun kincir angin? Setelah putus sekolah, ia banyak belajar di perpustakaan umum, banyak buku tentang fisika dan energi yang ia baca. Dengan usaha kerasnya ia berhasil membuat sebuah kincir angin dan berencana membuat lebih banyak lagi. Sulit membayangkan dalam usia semuda itu William mampu mengubah keadaan negerinya. Visi yang ia pelihara membuat ia bekerja keras dan berbuat banyak bagi lingkungannya.

Firman Tuhan berkata
"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga"
- Matius 5:16 -
Tuhan memberikan kita banyak talenta dan sumber daya untuk menjadi berkat. Pertanyaannya adalah "apakah kita sudah memanfaatkan semuanya itu?". William mampu menjadi berkat dengan segala keterbatasannya. Jujur saja bahwa kita lebih dalam hal pendidikan, uang dan fasilitas dari William.


Apa yang membuat William begitu spesial adalah mimpi dan usahanya. Kata-kata penutup yang ia sampaikan adalah
"Bekerja keraslah untuk mimpimu, Tuhan memberkati. Yakin dan percaya pada diri dan apapun yang terjadi, jangan menyerah"
Kita hidup di dunia ini bukanlah kebetulan, ada tujuan Tuhan pada keberadaan kita. Keberadaan kita haruslah menjadi berkat bagi orang lain seperti yang dilakukan William. Tuhan memberkati.

Thursday, June 17, 2010

Naruto vs Cerita Sekolah Minggu

Serial manga Naruto begitu populer di kalangan anak-anak dan remaja di Indonesia, bukan saja anak-anak dan remaja bahkan mahasiswa pun sangat tergila-gila pada serial ini. Kemunculan serial Naruto yang terbit seminggu sekali ini sangat ditunggu-tunggu di situs sharing serial manga.

Di Jepang, ada sebutan untuk penggila/maniak pada film animasi (manga atau anime), para penggila ini sering disebut Otaku. Meski pengertian Otaku sendiri bersifat umum (tergila-gila pada sesuatu/hobi), Otaku lebih sering dikaitkan dengan anime atau manga. Apabila serial terbaru Naruto terbit, maka para Otaku akan membicarakannya terus-menerus (in English I rather say "they talk about it like crazy").

Lingkungan anak-anak sekolah minggu dimana tempat saya melayani pun terkena demam Naruto. Seusai sekolah minggu, sambil jajan mereka bercerita mengenai episode terbaru Naruto and they talk it like crazy. Beberapa diantara mereka bahkan mengoleksi atribut Naruto seperti kartu, baju, miniatur tokoh dsb.

Lalu saya bandingkan dengan cerita Naruto dengan cerita sekolah minggu. Berikut percakapan yang biasa saya amati di kelas antara guru sekolah minggu (gsm) dan anak sekolah minggu (asm)

gsm : Siapa yang masih ingat cerita minggu lalu? (berharap ada yang ingat)
asm : hmmm... (diam seribu bahasa)
gsm : Masak, gak ingat ? Kalo bahan Alkitabnya, ada yang ingat, gak ?
asm : hmmm... (apalagi ayat Alkitabnya, cerita nya saja lupa)

Sangat berbeda ketika anak sekolah minggu berbicara tentang Naruto, mereka akan ingat bukan hanya episode lalu, namun mereka ingat hampir semua rangkaian cerita.

Jadi,
"mengapa anak sekolah minggu sangat sulit dalam mengingat cerita sekolah minggu dan sebaliknya mereka ingat betul akan cerita Naruto ?"
"Mengapa ada Naruto Otaku tapi tidak ada Sunday School Story Otaku?"
Kita akan ingat dan mengerti suatu cerita apabila kita tertarik dengan cerita tersebut (itulah mengapa acara gosip sangat populer) serta terlibat secara emosional. Lalu, apakah Naruto lebih menarik dan lebih memberikan dampak emosi bagi anak-anak ?

Pernahkah kita berfikir bahwa, cara bercerita sekolah minggu dari dulu sampai sekarang kurang lebih sama? Baca Firman Tuhan, cerita tokoh Alkitab serta penerapan adalah urutan yang selalu sama di cerita sekolah minggu?

Oleh karena itu, teknik saat bercerita itu penting. Saya menaruh kepedulian yang besar di sini. Saya sangat tertarik dengan teknik bercerita di sekolah minggu. Dan harapan saya adalah cerita sekolah minggu bisa menjadi Otaku bagi anak-anak sekolah minggu. Salah satu untuk mewujudkan harapan itu adalah melalui blog ini.

Wednesday, June 16, 2010

Makan seperti burung dan buang air seperti gajah

Presentation Zen adalah judul buku (yang juga nama sebuah blog) yang banyak membantu saya dalam membuat Power Point sebagai alat bantu dalam bercerita di kelas sekolah minggu. Penulis buku ini adalah Garr Reynolds, ketika ia berbicara di kantor Google, ia menyampaikan suatu filosofi yang diadopsi dari Guy Kawasaki yakni
"Eat like a bird, poop like an elephant"
(makan seperti burung, buang air seperti gajah)
Maksud dari filosofi ini adalah konsumsilah pengetahuan sebanyak-banyaknya, baca buku, belajar dari orang lain, hadiri seminar dsb (burung mengkonsumsi banyak makanan) dan bagikan pengetahuan itu dengan maksimal walaupun tanpa dibayar (gajah sangat baik dalam "buang air").
Setiap harinya, burung dapat makan makanan yang beratnya 2x berat tubuhnya. Apabila burung hinggap di pohon dan jalan, mereka akan mencari makanan dan makan dengan sangat banyak. Sedangkan gajah dapat buang air hingga 165 pon (setara 82.5 Kg) per hari.


Dalam melayani anak-anak dan remaja, kita harus banyak mengkonsumsi pengetahuan. Alkitab merupakan pengetahuan terpenting, seperti yang tertulis
"Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan"
- Amsal 1:7a -
browsing, menghadiri seminar, berbagi dengan orang lain dsb. Pelajaran ada di sekitar kita dan jumlahnya sangat banyak.

Mengapa pengetahuan itu penting? Kita sebagai pelayan bersaing dengan dunia dalam merebut perhatian anak-anak dan remaja. Kita bersaing dengan televisi, game online dsb. Kita hanya memiliki waktu yang sedikit ketika berhubungan dengan mereka, hanya sekitar 1-2 jam di hari Minggu, serta di event-event khusus lainnya.

Pengetahuan itu penting karena dengan pengetahuan kita dapat menyampaikan Firman Tuhan dengan baik dan bisa diserap oleh anak-anak dan remaja. Saya sendiri banyak belajar mengenai teknik "bercerita", sehingga saya dapat menyampaikan Firman Tuhan dengan kemasan yang menarik bagi anak-anak dan remaja.

Berbagi pengetahuan juga sangat penting, berbagilah dengan tidak tanggung-tanggung. Pelayanan di gereja memang tidak "menghasilkan uang", kita bahkan harus mengeluarkan uang, tenaga dan waktu untuk pelayanan. Namun, seperti Firman Tuhan

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
- 1 Korintus 15:58 -
Firman Tuhan berkata bahwa jerih payah kita tidak sia-sia. Saya merasakan ke-"tidak sia-sia"-an itu selama saya melayani di sekoah minggu dan remaja. Ada banyak hal yang saya dapat dengan berbagi pengetahuan di pelayanan. Bercerita di sekolah minggu, menyiapkan Power Point, membantu pelayanan remaja, berbicara di depan umum dsb, semua itu membawa dampak yang baik pada pertumbuhan pribadi.

Learn to Inspire

Karena alasan di ataslah nama dari blog ini adalah learn to inspire, ini adalah filosofi yang sama dengan "eat like a bird, poop like an elephant". Blog secara khusus saya buat untuk para aktivis sekolah minggu dan remaja. Dengan blog ini saya dapat berbagi pengetahuan yang saya dapat dengan tidak tanggung-tanggung serta dapat berhubungan dengan rekan sepelayanan yang memiliki kerinduan yang sama.

So... eat like a bird, poop like an elephant.

Semua dimulai dari "Mengapa" ?

"Semua orang di muka bumi tahu APA yang mereka lakukan, beberapa di antara mereka tahu BAGAIMANA melakukan apa yang mereka lakukan namun hanya sedikit orang tahu MENGAPA mereka melakukan apa yang mereka lakukan"
-Simon Sinek-
Kutipan di atas adalah inti masalah yang diangkat oleh Simon Sinek, video lengkap dari presentasi Simon Sinek di TED yang berjudul "how great leaders inspire action" (bagaimana pemimpin besar menginspirasi tindakan) dapat disaksikan di bawah ini

Simon Sinek mengatakan bahwa semua harus dimulai dari "mengapa" bukan "apa" atau "bagaimana". Apabila segala sesuatu yang kita lakukan memiliki faktor "mengapa" (alasan) yang kuat, maka kita akan bisa menginspirasi orang lain untuk mempercayai apa yang kita percayai. Hal inilah yang diperlukan seorang pemimpin untuk menjadi inspirasi bagi orang lain.

Salah satu contoh Simon Sinek adalah Wright bersaudara. Wright bersaudara menemukan pesawat terbang pertama kali karena mereka "percaya" bahwa mereka dapat menemukan "mesin terbang". Itu adalah alasan mereka, faktor "mengapa" mereka yang dapat menginspirasi setiap pengikut mereka untuk membantu menemukan mesin terbang terlepas dari keterbatasan dana dan sumber daya manusia.

Apabila para pengikut mempercayai apa yang dipercayai pemimpin, maka para pengikut tersebut akan bekerja dengan keringat, darah dan air mata bukan bekerja karena uang atau rasa takut.

Pemimpin yang menginspirasi adalah suatu hal yang mutlak diperlukan dalam pelayanan. Kita tahu bahwa aktivis yang melayani di gereja(kecuali pendeta) tidak dibayar untuk pelayanan yang mereka lakukan. Lalu "mengapa" ada pelayan yang bertahan di pelayanan dan yang tidak?

Saya yakin bahwa itu semua terletak dari motivasi. Motivasi timbul dari apa yang kita percayai. Saya ambil contoh guru sekolah minggu, apabila guru sekolah minggu percaya bahwa segala yang mereka lakukan berarti bagi pengenalan Yesus Kristus bagi anak-anak, guru sekolah minggu akan bekerja dengan keringat, darah dan air mata. Apa yang guru sekolah minggu percayai menjadi suatu motivasi tersendiri bagi mereka dan menjadi inspirasi bagi rekan sepelayanan.

Faktor "mengapa"-lah yang membuat guru sekolah minggu rela datang ke gereja pagi-pagi demi mempersiapkan bahan mengajar, membuat mereka rela untuk melakukan persiapan mengajar setelah pulang kuliah/bekerja dan membuat mereka harus berlelah-lelah rapat untuk kepentingan pelayanan sekolah minggu.


Saya yakin bahwa setiap guru sekolah minggu tahu APA yang mereka lakukan dalam pelayanan mereka. Beberapa tahu BAGAIMANA melakukan pelayanan mereka. Namun, tidak semua guru sekolah minggu tahu MENGAPA mereka melakukan pelayanan mereka. Semua dimulai dari "mengapa".

"Mengapa" membuat blog?

Saya menyaksikan video Simon Sinek pada minggu ketiga setelah saya sampai di Jepang. Apa yang Simon Sinek katakan memang sangat "duniawi", Simon Sinek menjelaskan tentang ilmu marketing dan ilmu kepemimpinan yang tidak berkaitan langsung dunia pelayanan gereja. Namun apa yang saya refleksikan bagi diri sendiri adalah Tuhan menjadikan segala sesuatu dan berkehendak memiliki faktor "mengapa" yang kuat.

Saya teringat akan sebuah lirik lagu yang mengatakan "mengapa Yesus turun dari Sorga?". Ada alasan yang kuat bagi seorang Anak Allah untuk menjadi manusia, disalibkan, mati, dikuburkan lalu bangkit pada hari yang ketiga. Alasan itu adalah kita, manusia yang berdosa.

Alasan saya membuat blog ini adalah karena kerinduan untuk memberikan kontribusi bagi pelayanan anak dan remaja.

Blog adalah salah satu cara untuk melakukan pelayanan secara tidak langsung (person to person).

Blog tidak terbatas dalam ruang dan waktu dan blog memungkinkan kita terhubung dengan komunitas yang memiliki kerinduan yang sama dimana kita bisa saling berbagi cerita dan ide.

Salah satu faktor lain yang menjadi alasan saya adalah masih sedikit situs tempat berbagi mengenai pelayanan guru sekolah minggu dan remaja di Indonesia. Saya berharap blog ini dapat menambah pengetahuan bagi guru sekolah minggu dan aktivis remaja.

Purpose Driven Blog


Saya pikir banyak orang Kristen yang pernah membaca buku The Purpose Driven Life (Kehidupan yang Digerakan Tujuan) karya Rick Warren Buku ini telah menjadi best seller dengan terjual sebanyak 30 juta buku pada tahun 2006.

Saya sendiri pernah membacanya pada tahun 2005. Ketika itu saya melayani di Komisi Remaja GKI Cimahi. Buku ini banyak memberikan pemahaman kepada saya tentang bagaimana menjalani kehidupan dengan tujuan. Saya merasa sangat bersyukur karena pada usia semuda ini saya sudah mengetahui tujuan hidup saya.

Saat ini saya sedang menjalani studi saya di Kanazawa University, Jepang. Sekitar 2 minggu yang lalu, saya menyaksikan video rekaman Rick Warren saat beliau berbicara di TED Conference. Saya percaya bahwa bukanlah suatu kebetulan apabila saya menyaksikan video tersebut.


Satu kalimat yang Rick Warren kutip dari Alkitab adalah Keluaran 4:2, yakni ketika Musa dipanggil Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir
TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?"
Jawab Musa: "Tongkat."
Tongkat Musa adalah alat yang dipakai Tuhan untuk melakukan semua mukjizat-Nya. Saya percaya bahwa Tuhan memberikan setiap manusia talenta untuk digunakan bagi tujuan-Nya.

Kata-kata tersebut menjadi refleksi bagi saya pribadi.
"Apa yang ada di tangan saya?"

Blog ini tercipta sebagai jawaban saya atas pertanyaan itu. Apa yang ada di tangan saya adalah kemampuan untuk mengetik, sebuah laptop, jaringan internet serta cerita/ide untuk diposting.


Blog ini juga tercipta karena kerinduan saya pada pelayanan sekolah minggu dan remaja. Enam tahun saya melayani di Komisi Remaja dan tiga tahun di pelayanan Sekolah Minggu GKI Cimahi. Dengan kewajiban menyelesaikan pendidikan di Jepang, saya tidak bisa melayani secara langsung. Blog ini adalah salah satu cara saya dapat berkontribusi, bahkan menjadi lebih luas karena blog ini dapat diakses oleh siapa pun yang tertarik dengan kedua pelayanan tersebut.

Saya percaya bahwa bukan kebetulan blog ini bisa dibuat. Saya berharap bahwa dengan blog ini, saya bisa berbagi cerita/ide mengenai pelayanan sekolah minggu dan remaja. Itu adalah tujuan saya membuat blog ini.

Apa isi dari Blog ini?

Sepanjang saya melayani di Komisi Remaja GKI Cimahi, saya mengamati bahwa faktor kepemimpinan (Leadership) adalah faktor yang sangat penting bagi anak-anak muda Kristen. Pelayanan di gereja adalah pendidikan bagi kepemimpinan yang sangat jarang dipelajari di bangku sekolah.

Tuhan menghendaki anak-anak-Nya menjadi kepala, bukan ekor (Ulangan 28:13). Anak muda Kristen dapat menjadi terang dan garam bagi lingkungannya salah satunya adalah dengan menjadi pemimpin.

Di pelayanan sekolah minggu, saya tertarik pada teknik bercerita terlebih bercerita dengan menggunakan multimedia. Teknik bercerita merupakan salah satu karisma penting bagi seorang guru sekolah minggu.
Saya banyak belajar tentang bagaimana membawakan cerita, berbagi suatu gagasan atau presentasi serta mendesain Power Point dari situs seperti presentation zen, slide share, TED serta dari ebook tersedia di internet.

Isi dari blog ini adalah kedua hal di atas. Apa yang akan saya bagikan bisa saja berupa foto, cerita, ide, video, book review dan banyak hal lainnya.

Saya sangat berharap pengunjung dari blog ini dapat mengambil manfaat serta memberikan tanggapan dari setiap posting yang saya buat di blog ini.